Kamis, 24 Maret 1949
Pasukan Belanda dari kesatuan Infanteri II yang bermarkas di Padang Panjang dengan komandan Letnan Satu Moddejonge menangkapi para pemuda sejak dari Koto Panjang, Koto Katiak, Jawo, Ladang Laweh sampai ke Balai Gadang Batipuh. Jumlahnya mencapai 120 orang. Tiga orang tembak ditempat karena kedapatan memiliki senjata api.
Semua orang yang ditangkap, dibawa ke markas Infanteri II di Padang Panjang. Tepatnya di SMA N 1 Padang Panjang sekarang. Dari hasil interogasi yang dilakukan oleh tentara Belanda, 55 orang dibebaskan, 25 orang dipindahkan ke kantor Intellijen Diens (ID) di Balai Balai. Sisanya. 40 orang tetap di markas Infanteri II dengan mengalami kekerasan selama pemeriksaan.
Kemudian mereka dipindahkan ke kwartir Infanteri II di Kayu Tanam. SMP Kayu Tanam sekarang. Di sana mereka kembali mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi yang sangat kejam.
Akhirnya pada hari Jum'at, 25 Maret 1949 pukul 04.00 mereka digiring ke Lembah Anai. Para tahanan dibariskan dan diberondong dengan senapan mesin. 37 orang syahid, namun ada tiga orang yang menyelamatkan diri. Mereka adalah Sersan Yusuf, Pratu Ali, yang merupakan anggota Batalion Marapi Padang Panjang. Satu lagi Mahmud dari Pasukan Mobil Teras (PMT) Batipuah.
Peristiwa pembunuhan massal yang dilakukan oleh tentara Belanda di Lembah Anai ini merupakan sebagian dari episode perjuangan masyarakat Padang Panjang - Batipuah X Koto. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka pada tanggal 17 Agustus 1985 pemerintah membangun tugu peringatan dengan mencantumkan nama-nama ke 37 orang korban.
Mungkin, sebagian besar kita yang setiap saat melewati Silaing Kariang, di ujung bengkolan jalan seberang rel kereta api, tidak menyadari, disanalah peristiwa itu terjadi....
2 comments:
Bang boleh nanya,ini sumbernya dari mana ya bg,buku /wawancara? Perlu bang,boleh jawab secepatya ya bg,makasih
Mohon maaf sekali dik...baru baca. Udah lama pasif. Sumbernya saya ambil dari buku.
Posting Komentar