Catatan Kecil dari Stage 9 TdS 2015

Rabu, 14 Oktober 2015


Sangat ramai. Kondisi itu yang terlihat di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau. Tidak hanya warganegara Indonesia saja, wajah-wajah asing cukup banyak terlihat dikerumunan. Diantaranya beberapa warga Iran. Wajah- wajah yang kukenal saat stage terakhir Tour de Singkarak, Minggu, 11 Oktober 2015 di Kota Padangpanjang.

Stage terakhir TdS di Kota Padangpanjang ditandai dengan pengibaran bendera start oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia. Namanya saya lupa. Namun sebelum itu didahului dengan sambutan walikota Padangpanjang yang tak jelas ujung pangkalnya... Dari ucapan trima kasih kepada ketua tim penggerak PKK tercinta, ISIS...ISSI, sampai dengan anjing berkeliaran.

Tepat jam 11.00 perlombaan dimulai. Dua ratusan peserta mulai mengayuh sepeda.  Rutenya dari depan Secata terus ke batas kota, lanjut ke SMAN Unggul Sumbar, Simpang Guci Ganting, terus ke Lambah, simpang Serambi Mekkah, Koto Panjang, Bukit Tui Bancah Laweh, Tanah Hitam, Kampung Nias, Simpang Karya, Bukit Surungan, simpang bak air, simpang MTsN Ganting, terminal, terus ke simpang padang menuju Padang. Jarak dalam kota sekitar 17 km hanya ditempuh dalam waktu 15 menit saja. Luar biasa!

"Penumpang Lion Air dengan nomor penerbangan JTI 0251 tujuan Jakarta dipersilahkan menaiki pesawat" Terdengar panggilan dari petugas bandara. Dan aku segera bangkit...

BIM, 12 Oktober 2015

Palestina Merdeka

Jumat, 02 Oktober 2015

Bendera Palestina akhirnya dikibarkan di gedung PBB New York. Itu kabar yang saya lihat dan dengar di media. Alhmadulillah, sebuah langkah maju bagi kedaulatan Palestina. Setelah melalui perdebatan panjang, 119 negara menyetujui, 8 menolak dan selebihnya abstain. Yang menolak? Sudah pasti kita kenal; Israel, Amerika, Australia dan beberapa negara pro kolonialis lainnya.

Ironi memang, diera modern sekarang ini penjajahan secara fisik masih ada. Kalo penjajahan secara ideologi itu sudah pasti. Satu-satunya negara didunia yang masih terjajah cuma Palestina. Tapi kenapa dunia seolah-olah menutup mata?

Tertarik saya dengan apa yang disampaikan Presiden Turkey, Recep Toyyip Erdogan beberapa waktu lalu. Tatanan dunia pasca perang dunia kedua telah berubah, tapi kenapa nasib bangsa-bangsa didunia masih diserahkan kepada lima negara dengan hak vetonya? Perlu dicarikan tatanan baru bagi perdamaian dan keadilan dunia.

5 Film Bertemakan Pendakian Terbaik

Film bertema pendakian gunung memang tidak begitu ternama seperti film bergenre drama, horor, ataupun cinta. Namun, jika dilihat dari segi ceritanya, film-film tersebut dinilai cukup baik untuk diambil pengalamannya bagi para pecinta pendaki gunung.
Berikut 5 film pendakian gunung terbaik yang dihimpun JadiBerita, Selasa (10/03)
1. NORDWAND A.K.A THE NORTH FACE


Nordwand a.k.a The North Face
Nordwand a.k.a The North Face

Film bertema pendakian gunung terbaik sepanjang masa adalah Nordwand a.k.a The North Face. Ini adalah film yang berkisah tentang dua pendaki Jerman bernama Max Mehringer dan Karl Sedlmayer. Keduanya mencoba mendaki dinding utara Eiger. Ternyata, film ini diadaptasi dari kisah nyata. Film ini dibintangi oleh Benno Fürmann, Johanna Wokalek, Florian Lukas as Andi Hinterstoisser, dan Simon Schwarz.

Ironi Danau Singkarak

Kamis, 01 Oktober 2015

Sebentar lagi event internasional Tour de Singkarak (TdS) 2015 segera dimulai.  Panitia daerah sedang berbenah. Persiapan dimatangkan. Tak heran berbagai spanduk, baliho dan one way event tersebut bertebaran. Tak lupa juga Iklan dimedia cetak dan elektronik. Meriah, itu yang dapat saya simpulkan.

Tulisan ini tidak akan bicara tentang event TdS tersebut. Saya cuma fokus ke danau Singkarak itu sendiri. Dari tempat domisili saya cuma 20 km. Danau Singkarak membentang di antara dua Kabupaten Solok dan Tanah Datar. Luasnya 107,8 km persegi dan kedalaman rata-rata 149 m. Nomor dua terluas di Sumatera dan cukup dalam.

Malam ini, running text di TVOne saya baca; Kementerian Lingkungan Hidup sedang mempersiapkan aksi penyelamatan danau Singkarak. Bagi saya berita ini agak kontradiksi dengan sebuah event olahraga dan pariwisata yang akan berlangsung. Ternyata nasib danau Singkarak berbeda dengan nama besar yang disandangnya sebagai ikon pariwisata.