Ekspedisi 8 Gunung; Tandikek

Kamis, 28 Mei 2020


Taujih Pak Dedi di tepian danau Gunung Tujuh menandai berakhirnya kegiatan Ekspedisi 8 Gunung yang dilaksanakan oleh Bidang Kepanduan dan Olahraga (BKO) DPW PKS Sumatera Barat. Sebagai Ketua BKO beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi menyukseskan pendakian 8 gunung yaitu gunung Tandikek, Marapi, Singgalang, Sago, Talang, Talamau, Kerinci dan Gunung Tujuh.

Adapun latar belakang kegiatan ini sebagai disampaikan Pak Dedi adalah dalam rangka mensosialisasikan nomor urut Partai Keadilan Sejahtera yang pada pemilu 2019 mendapat nomor urut 8. Karena pemilu 2019 merupakan ujian bagi eksistensi PKS dalam percaturan politik di Indonesia setelah terjadinya perpecahan di kalangan internal PKS.

Di samping itu Pak Dedi mengatakan bahwa kegiatan pendakian merupakan latihan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisik kita. Karena Allah SWT mencintai muslim yang kuat dari pada yang lemah fisiknya. Dengan berolahraga merupakan wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta atas nikmat yang telah diberikan. Itulah pesan yang disampaikan Pak Dedi, hari ini, Senin 16 April 2018.

Pesona Gunung Dempo yang Menawan

Senin, 25 Mei 2020

Gunung Dempo, 17 Agustus 2018
Akhirnya kami sampai dihamparan yang cukup luas. Orang menyebutnya Palataran. Lokasi ini biasa dijadikan tempat mendirikan tenda oleh para pendaki. Terdapat sumber mata air untuk minum dan memasak. Dari puncak Dempo tadi cuma butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke Palataran. Rencananya besok pagi kami baru menuju puncak kedua, puncak Kawah Merapi namanya.

Ini pendakian perdana kami ke gunung Dempo. Gunung yang terletak di Pagar Alam Sumatera Selatan yang berbatasan langsung dengan Propinsi Bengkulu. Gunung ketiga tertinggi di Sumatera setelah Gunung Kerinci (3.805 mdpl) dan Leuser (3.404 mdpl) di Aceh. Kurang lebih 3159 mdpl.

Perjalanan dari Padang Panjang sampai ke perkebunan teh Pagar Alam sebagai lokasi pendakian kami tempuh kurang lebih 21 jam. Tim terdiri dari empat orang, Adri, Doni, Fauzan dan saya sendiri. Untuk perjalanan jauh seperti ini muatan 4 orang sangat pas untuk sebuah Ertiga.

Pemberontakan PKI di Sumatera Barat Tahun 1927

Sabtu, 23 Mei 2020


Korban pemberontakan Silungkang
Pemberontakan Silungkang atau Pemberontakan Malam Tahun Baru terjadi pada malam 1 Januari 1927 oleh para pemberontak Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap pemerintah Hindia Belanda di Minangkabau.  Pada awalnya, rencana pemberontakan tersebut merupakan hasil rundingan dalam Konferensi Prambanan yang diadakan oleh PKI pada 25 Desember 1925. Namun, rencana tersebut ditunda akibat gempa bumi 28 Juni 1926 terjadi di Padang Panjang yang rencananya dijadikan pusat perlawanan. Rencana pemberontakan tersebut dirundingkan kembali di Silungkang pada 20 Desember 1926 oleh kurang lebih 30 anggota PKI.

Ahmad Khatib Datuk Batuah: Haji Kiri, Istiqamah di Jalur Merah

Buya Hamka, cendekiawan muslim ternama yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, mengenang Haji Ahmad Khatib alias Datuk Batuah sebagai: “Seorang komunis tulen yang masih memeluk Islam. Di dekatnya, para komunis yang anti-agama harus hormat!”

Ahmad Khatib adalah murid kesayangan ayah Hamka, Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul. Sebelumnya, di usia 14, ia sudah berhaji sekaligus berguru kepada ulama besar yang kebetulan punya nama serupa dengannya dan sama-sama berasal dari Sumatera Barat, yakni Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Rahimahullah.

Syekh al-Minangkabawi merupakan ulama besar dan kepala sekolah mazab Syafii di Masjidil Haram sekaligus imam di masjid itu. Ia menjadi guru bagi tokoh-tokoh Islam pembaharu yang datang ke tanah suci untuk belajar, termasuk Ahmad Dahlan dan Hasyim Asyari.

Tokoh Komunis dari Ranah Minangkabau

Dari kiri ke kanan:Arif Fadhillah, Natar Zainuddin, Dt. Batuah, A. Wahab

Tanggal 23 Mei kemaren merupakan peringatan 100 tahun lahirnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai yang sudah dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia sejak kegagalan kudeta/pemberontakan yang dilakukan pada tahun 1965. Faktanya ideologi komunis itu tidak mati. Mereka mulai berani terang-terangan tampil di media.

Kota Padang Panjang yang berjuluk Kota Serambi Mekkah ternyata mempunyai andil besar bagi perkembangan ideologi komunis di Sumatera Barat. Nah, pada tulisan kali ini saya kembali me-repost beberapa tulisan berkaitan dengan komunis di Sumatera Barat dan kegagalan pemberontakannya pada tahun 1927. Agar kita tetap waspada terhadap bahaya laten komunis.

Kisah Buya Hamka dalam Buku "Ayah"

Kamis, 21 Mei 2020



Buya Hamka, seorang ulama besar yang pernah lahir di Indonesia. Bukan hanya sebagai ulama, beliau juga dikenal sebagai sastrawan yang sangat produktif di zamannya. Tak banyak di Indonesia ulama yang juga seorang budayawan, sastrawan, politisi dan penulis. Beliau lah salah satunya.

Sebagaimana kita ketahui juga bahwa walaupun Beliau lahir di Maninjau, namun sebagian episode kehidupan Buya Hamka hadir di Kota Padang Panjang. Di Kota Serambi Mekkah ini beliau pernah bersekolah dan mendirikan lembaga pendidikan Kulliyatul Mubalighin di Kauman Muhammadiyah.

Gowes Tiga Negara Part VI (Selesai)

Rabu, 20 Mei 2020






Kapal ferry berangkat dari HarbourFront pukul 19.00. Perjalanan ke pelabuhan Sekupang Batam tidak begitu lama. Kurang dari satu jam. Selepas isya kami sudah mendarat di Batam.

Di pelabuhan kami sudah ditunggu Om Venal Cs, teman-teman Federalis Batam. Karena sudah malam kami dinaikkan ke sebuah blind van. Kalau tidak salah mobil operasional sebuah catering. Kurang lebih 20 menit perjalanan kami sampai di markas Federalis Batam. Mereka menyebutnya padepokan. Rumah perumnas yang dijadikan bengkel sekaligus tempat tinggal. Semacam House Shower bagi para petouring. Karena sudah lapar, kami diajak ke sebuah rumah makan. Di sini, satu persatu teman-teman Federalis lainnya berdatangan.

Gowes Tiga Negara Part V


Ini perjalanan hari kelima. Tujuan ke Singapura. Ada tambahan anggota rombongan. Namanya Fauzi. Badannya cukup berisi, punya rambut sebahu. Kalau tidak salah, Fauzi merupakan kemenakan Pak Azhar. Sudah lama juga di Johar Baru. Informasinya sehari-sehari bekerja sebagai fotografer. Tidak heran kalau dia perbaiki setelan kamera DLSR yang dipakai Pak Dedi untuk mengabadikan setiap momen perjalanan ini.

Pukul 07.00 kami mulai berangkat. Rencananya mampir dulu di Rumah Makan Pak Azhar. Sarapan pagi.

Johar Baru kota besar. Lalu lintas begitu ramai. Kurang lebih 30 menit mengayuh sepeda akhirnya sampai juga di rumah makan pak Azhar. Di depan toko terpampang tulisan “Restoran Nasi Padang Azhar”. Terlihat pak Azhar sudah asyik dengan adonan roti canenya.

Gowes Tiga Negara Part IV


Ini hari keempat.

Kami check out dari hotel sebelum zuhur. Sengaja agak terlambat karena perjalanan kemaren sudah larut malam. Sayang sudah bayar penginapan tapi tidak dipergunakan maksimal..hehe… Disamping itu sebenarnya Johar Baru tidak terlalu jauh lagi. Kurang lebih 12 km.

Di bawah panas terik matahari perjalanan kami mulai. Baru beberapa kilometer sepeda kami kayuh, perut pun mulai terasa keroncongan. Baju yang saya kenakan basah oleh keringat. Hotel tempat kami menginap tidak menyediakan sarapan. Saya dan Pak Dedi tadi pagi sudah mencoba mencari sarapan yang halal namun tidak kami jumpai. Ternyata daerah tempat kami menginap semalam dominan dihuni oleh warga keturunan China.

Gowes Tiga Negara Part III

Senin, 18 Mei 2020



Semalam saya tidur dengan nyenyaknya. Mungkin karena kecapean. Kemaren, hari pertama perjalanan kami kurang lebih 95 km. Saya agak keteteran. Pantat ini terasa panas.

Selesai shalat subuh, kami dijamu sarapan oleh pengurus masjid. Salah satu kebiasaan  di sini adalah sedekah sarapan pagi bagi jama’ah. Pagi ini menunya lontong sayur. Rasanya lebih enak dari pada lontong sayur yang kami sarapan saat di Malaka. Sambil sarapan kami berbagi cerita dengan para jama’ah yang rata-rata sudah berumur paruh baya.

Dari pembicaraan itu ternyata banyak di antara para jama’ah adalah keturunan jawa. Tidak heran kalau mereka bisa berbahasa jawa. Salah satunya adalah imam yang memimpin shalat subuh tadi. Orang tua laki-lakinya ternyata berasal dari Jawa. Saya lupa di daerah mananya.

Berdasarkan sejarahnya memang Distrik Batu Pahat dahulu banyak tenaga kerja yang didatangkan dari Indonesia, khususnya Jawa. Sebagian besar dari mereka adalah pekerja di perkebunan sawit.

Gowes Tiga Negara Part II

Minggu, 17 Mei 2020

Ustad Idris, Pak Dedi, Saya dan Om Fajar


Pagi itu kami kedatangan tamu. Namanya Idris. Kalau om Fajar memanggilnya Ustad. Dari tampilannya saya perkirakan usianya lebih muda dari Pak Dedi. Sekitar 50-an tahun. Kepada kami beliau mengaku asli Melaka. Kedatangan Ustad ternyata tidak sendiri. Beliau bersama istri dan dua orang putranya. Berdasarkan informasi yang saya dengar dari om Fajar, Ustad berencana menemani perjalanan kami sampai ke Singapura.

Cerita punya cerita, sebenarnya Ustad beberapa tahun lalu juga pernah bersepeda keliling Sumatera Barat bersama putra sulungnya. Hampir seluruh daerah dikunjunginya. Adapun misinya adalah silaturahim dengan para ulama-ulama dan pondok pesantren di Sumatera Barat. Itulah awal perkenalannya dengan om Fajar.

Gowes Tiga Negara Part I

Sabtu, 16 Mei 2020


Bersama Pak Dedi

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib. Ku kayuh Federal menembus gelapnya malam menuju Padang Panjang. Sesekali  lampu mobil yang lewat menerangi jalan. Malam ini kami baru selesai mengadakan rapat pengurus Lentera Hijrah Adventure (LHA). Sebuah komunitas pegiat olahraga outdoor. Acaranya sendiri di sebuah cafĂ© coffee di Bukittinggi. 

Lintasan kenangan kembali mengingatkan saya pada pertemuan sebelumnya, akhir tahun 2019.  Rapat kerja pengurus LHA di Padang Panjang. Selesai pertemuan tersebut, Pembina LHA, Pak Dedi Azzam mengajak saya untuk ikut touring tiga negara. Indonesia, Malaysia dan Singapura. Tawaran pada malam tersebut belum dapat langsung saya iyakan. Karena liburan sekolah semester kali ini sudah berencana untuk keliling pulau Jawa bersama keluarga.

Ekspedisi Danau Laut Tinggal 2019 Lentera Hijrah Adventure (LHA) Chapter Padang Panjang

Dari Kiri Ke Kanan; Adri, Indra, Mada Rusli
Ekspedisi ini hanya diikuti tiga orang saja. Indra, Mada Rusli dan Adri. Rencana awal jumlah peserta yang akan mengikutinya lebih banyak namun karena berbagai halangan dan keperluan maka cuma tiga orang tim LHA yang siap berangkat.

Dengan basmallah, perjalanan ini kami mulai dari Padang Panjang hari Kamis tanggal 17 Oktober 2019 pukul 14.00 wib. Selama perjalanan menuju Pasaman Barat kami ditemani hujan lebat. Tepat pukul 17 lewat 5 menit kami sampai di perempatan Simpang Empat. Dari sini kita ambil jalur lurus menuju arah Ujung Gading. Jauh sebelum sampai di Ujung Gading di Simpang Alin belok kanan menuju Pasar Paraman Ampalu. Perlu cukup berhati-hati berkendaraan karena kondisi jalan banyak berlubang.


Sampai di pasar  Paraman Ampalu ini kita bisa melengkapi kebutuhan logistik selama perjalanan. Dari pasar Paraman Ampalu   ini jalan terus menuju Jorong Rabi Jonggor. Jalannya cukup mulus namun tidak terlalu lebar.

PSBB


Sudah lama saya tidak menulis di blog ini lagi. Terakhir tahun 2016, empat tahun lalu.  Entah kenapa keinginan itu tiba-tiba muncul lagi sejak pemberlakuan PSBB oleh pemerintah. Yakni dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 yang mengatur pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam upaya pencegahan penyebaran wabah Covid-19, mengharuskan sebagian teman-teman bekerja dari rumah, istilah kerennya Work From Home.

Pembatasan Sosial Berskala besar merupakan istilah kekarantinaan kesehatan di Indonesia yang didefinisikan sebagai pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit/wabah. Pembatasan tersebut meliputi peliburan sekolah-sekolah, kantor dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.