Gowes Tiga Negara Part V

Rabu, 20 Mei 2020


Ini perjalanan hari kelima. Tujuan ke Singapura. Ada tambahan anggota rombongan. Namanya Fauzi. Badannya cukup berisi, punya rambut sebahu. Kalau tidak salah, Fauzi merupakan kemenakan Pak Azhar. Sudah lama juga di Johar Baru. Informasinya sehari-sehari bekerja sebagai fotografer. Tidak heran kalau dia perbaiki setelan kamera DLSR yang dipakai Pak Dedi untuk mengabadikan setiap momen perjalanan ini.

Pukul 07.00 kami mulai berangkat. Rencananya mampir dulu di Rumah Makan Pak Azhar. Sarapan pagi.

Johar Baru kota besar. Lalu lintas begitu ramai. Kurang lebih 30 menit mengayuh sepeda akhirnya sampai juga di rumah makan pak Azhar. Di depan toko terpampang tulisan “Restoran Nasi Padang Azhar”. Terlihat pak Azhar sudah asyik dengan adonan roti canenya.

Pagi ini sarapan kami lontong sayur, ditemani segelas kopi. Kami berkenalan juga dengan anak sulung Pak Azhar, yang turut serta mengelola restoran.

Cukup lama kami di restoran Pak Azhar. Awalnya menunggu Fauzi yang nyusul belakangan. Selain itu menunggu Ustad yang terlanjur meloundry pakaian. Sekitar pukul 11.00 baru kami berangkat setelah berpamitan dengan Pak Azhar.

Informasi dari Om Fajar, di Singapura nanti kita juga ditunggu seorang teman Federalis yang akan mengiringi perjalanan. Katanya sudah sejak tadi menunggu diperbatasan.

Kali ini sepeda kami pacu lajunya. Di depan kami Fauzi memimpin rombongan. Rutenya menuju Woodland. Mungkin kalau gak ada Fauzi, kami sudah putar-putar di Johar Baru. Hahaha…

Sebelum sampai di Woodland kami mampir dulu ditugu Kilometer Nol Benua Asia. Tak lupa kami abadikan bersama. Setelah berfoto ria perjalanan dilanjutkan.

Setelah mampir di Money Changer, kami jumpa dengan seorang pria berambut gondrong berkaos oblong. Namanya saya lupa. Tapi yang jelas teman petouring juga. Ajakan untuk ngopi bareng dengan halus kami tolak karena mengingat waktu yang tersisa. Di seberang sana ada teman om Fajar yang sudah menunggu lama.

Diujung jalur, kami berpisah dengan Fauzi. Rencana ini berubah karena habis gowes di Singapura kita langsung menyeberang ke Batam. Tidak lagi balik ke Johar Baru seperti rencana semula.

Kami menyeberang menggunakan jalur sepeda dan kendaraan roda dua. Antrian panjang terjadi di bagian imigrasi. Kurang lebih satu jam kami baru selesai. Jam sudah menunjukkan pukul 12. 30. Rencana kami terlebih dahulu mencari masjid An-Nur untuk shalat zuhur, sekaligus menjumpai teman om Fajar yang sudah lama menunggu.

Namanya Om Lutfi. Teman om Fajar yang berasal dari Federalis Batam. Sehari-hari ia bekerja di Singapura. Pulang balik dari Batam. Jadi tidak heran kalau sangat mengenal liku-liku kota Singapura.

Sehabis zuhur kita langsung berangkat. Dengan sepeda lipatnya Om Lutfi yang memimpin rombongan. Jalurnya datar tapi banyak persimpangan. Kurang lebih 2 jam perjalanan kami sampai di Masjid Sultan. Masjid tua nan bersejarah. Sehingga ramai dikunjungi para wisatawan.

Disamping Masjid Sultan terdapat rumah makan Padang. Di sana kami makan siang. Butuh kesabaran, karena antriannya cukup panjang…hehe…

Dari Masjid Sultan kami langsung menuju ikonnya Singapura. Apalagi kalau bukan si singa muntah yang sangat terkenal. Merlion namanya. Entah mana yang benar, patung ikan berkepala singa atau patung singa berbadan ikan dengan air yang muncrat dari mulutnya. Saya tak tahu darimana asal muasal sejarahnya.

Terlihat Pak Dedi tak henti-hentinya memotret dengan DSLR-nya. Sampai-sampai ganti kostum segala. Seperti biasa, sebagai bahan di halaman Facebooknya. Hehe…

Sore itu kawasan Merlion ramai pengunjungnya. Kebetulan ada juga wisatawan yang datang dari Indonesia. Dari Sumatera Barat tepatnya. Karena kami berbahasa minang, maka mereka langsung menyapa. “Dari ma…?” Setelah berkenalan ternyata mereka rombongan keluarga dari Banuhampu Sungai Puar. Tidak lupa kami pun berfoto bersama.

Setelah puas berfoto di Merlion, perjalanan kami lanjutkan ke Universal Studio. Sebuah wahana permainan yang terkenal di seluruh dunia. Kami tidak masuk, cuma sekedar mengabadikan momen di depan bola dunia yang menjadi ikonnya. 

Kami tak berlama-lama. Universal Studio menjadi akhir perjalanan kami di Singapura, dan waktu perpisahan kami dengan Ustad pun sudah tiba. Beliau begitu setia mendampingi perjalan kami sejak dari Malaka. Dalam hati saya berdoa semoga lain waktu kami bisa berjumpa…. (bersambung)


Di depan Restoran Pak Azhar, Johar baru

Di Tugu Km 0 Benua Asia

Antrian di Imigrasi Malaysia Singapura

Berjumpa "Urang Kampung"

Masjid Sultan


Terima Kasih Ustad atas kebersamaannya

0 comments:

Posting Komentar