Ustad Idris, Pak Dedi, Saya dan Om Fajar |
Pagi itu kami kedatangan tamu. Namanya Idris. Kalau
om Fajar memanggilnya Ustad. Dari tampilannya saya perkirakan usianya lebih
muda dari Pak Dedi. Sekitar 50-an tahun. Kepada kami beliau mengaku asli
Melaka. Kedatangan Ustad ternyata tidak sendiri. Beliau bersama istri dan dua
orang putranya. Berdasarkan informasi yang saya dengar dari om Fajar, Ustad
berencana menemani perjalanan kami sampai ke Singapura.
Cerita punya cerita, sebenarnya Ustad beberapa tahun
lalu juga pernah bersepeda keliling Sumatera Barat bersama putra sulungnya.
Hampir seluruh daerah dikunjunginya. Adapun misinya adalah silaturahim dengan
para ulama-ulama dan pondok pesantren di Sumatera Barat. Itulah awal perkenalannya
dengan om Fajar.
Berdasarkan informasi dari om Fajar, setelah
kunjungannya ke Sumatera Barat, Ustad dan putranya bersepeda menuju Makkah Al
Muqarramah. Sayang keinginannya untuk sampai di kota suci terhenti ketika tidak
mendapatkan izin memasuki Iraq dengan alasan keamanan.
Usai sarapan, perjalanan kami mulai dengan city tour
keliling Kota Melaka. Berfoto di tugu KM 0 menandakan awal perjalanan kami di negeri
jiran. Pukul 11.00 siang kami mulai meninggalkan kota Melaka. Rencananya
sesore-sore hari kita sudah sampai di Distrik Batu Pahat. Kurang lebih 94 km
dari Melaka arah selatan.
Cuaca siang itu sangat terik. Angin berhembus cukup
kuat. Jalannya lebar, datar, dengan aspal yang mulus. Tampak kebun kelapa sawit
di kiri kanan jalan. Mobil begitu ramai lalu lalang. Kami berjalan beriringan.
Di depan Ustad memimpin rombongan. Sesekali saya jauh tertinggal di belakang. Menjelang
zuhur kami sampai di sebuah SPBU untuk beristirahat sejenak dan melaksanakan shalat
zuhur dijama’dengan ashar.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 km, kami
pun sampai di Kota Muar. Panas terik siang itu membuat keringat bercucuran. Perut yang lapar
memaksa kami untuk mencari rumah makan.
Selesai makan siang, sambil menunggu terik matahari
memudar, kami bercerita dan berbagi pengalaman dengan Ustad tentang perjalanan
yang telah dia lakukan. Dari paparan yang di sampaikan, dapat saya tangkap
bahwa beliau bersama teman-temannya melakukan perjalanan manggunakan sepeda
keliling dunia dalam rangka mengajak ulama-ulama dan tokoh Islam untuk
melaksanakan pertemuan akbar di Kota Makkah dalam menyikapi datangnya akhir
zaman.
Pukul 15.30 perjalanan kami lanjutkan. Terik mentari
tidak lagi terasa membakar. Entah kenapa, hampir selalu saya tertinggal di
belakang.
Menjelang isya, Ustad memutuskan singgah di sebuah
masjid untuk menunaikan kewajiban. Dari Distrik Batu Pahat masih 6 km lagi. Atas
kebaikan pengurus masjid mereka menawarkan kami untuk menginap saja di serambi
masjid yang cukup besar. Tawaran tersebut tidak kami sia-siakan…hehehe…
(bersambung)
Sarapan pagi di traktir Ustd bersama keluarga |
0 comments:
Posting Komentar