Ini
perjalanan hari kelima. Tujuan ke Singapura. Ada tambahan anggota rombongan.
Namanya Fauzi. Badannya cukup berisi, punya rambut sebahu. Kalau tidak salah,
Fauzi merupakan kemenakan Pak Azhar. Sudah lama juga di Johar Baru.
Informasinya sehari-sehari bekerja sebagai fotografer. Tidak heran kalau dia
perbaiki setelan kamera DLSR yang dipakai Pak Dedi untuk mengabadikan setiap
momen perjalanan ini.
Pukul
07.00 kami mulai berangkat. Rencananya mampir dulu di Rumah Makan Pak Azhar.
Sarapan pagi.
Johar
Baru kota besar. Lalu lintas begitu ramai. Kurang lebih 30 menit mengayuh sepeda
akhirnya sampai juga di rumah makan pak Azhar. Di depan toko terpampang tulisan
“Restoran Nasi Padang Azhar”. Terlihat pak Azhar sudah asyik dengan adonan roti
canenya.
Pagi
ini sarapan kami lontong sayur, ditemani segelas kopi. Kami berkenalan juga
dengan anak sulung Pak Azhar, yang turut serta mengelola restoran.
Cukup
lama kami di restoran Pak Azhar. Awalnya menunggu Fauzi yang nyusul belakangan.
Selain itu menunggu Ustad yang terlanjur meloundry pakaian. Sekitar pukul 11.00
baru kami berangkat setelah berpamitan dengan Pak Azhar.
Informasi
dari Om Fajar, di Singapura nanti kita juga ditunggu seorang teman Federalis yang
akan mengiringi perjalanan. Katanya sudah sejak tadi menunggu diperbatasan.
Kali
ini sepeda kami pacu lajunya. Di depan kami Fauzi memimpin rombongan. Rutenya
menuju Woodland. Mungkin kalau gak ada Fauzi, kami sudah putar-putar di Johar
Baru. Hahaha…
Sebelum
sampai di Woodland kami mampir dulu ditugu Kilometer Nol Benua Asia. Tak lupa
kami abadikan bersama. Setelah berfoto ria perjalanan dilanjutkan.
Setelah
mampir di Money Changer, kami jumpa dengan seorang pria berambut gondrong
berkaos oblong. Namanya saya lupa. Tapi yang jelas teman petouring juga. Ajakan
untuk ngopi bareng dengan halus kami tolak karena mengingat waktu yang tersisa.
Di seberang sana ada teman om Fajar yang sudah menunggu lama.
Diujung
jalur, kami berpisah dengan Fauzi. Rencana ini berubah karena habis gowes di
Singapura kita langsung menyeberang ke Batam. Tidak lagi balik ke Johar Baru
seperti rencana semula.
Kami
menyeberang menggunakan jalur sepeda dan kendaraan roda dua. Antrian panjang terjadi
di bagian imigrasi. Kurang lebih satu jam kami baru selesai. Jam sudah
menunjukkan pukul 12. 30. Rencana kami terlebih dahulu mencari masjid An-Nur
untuk shalat zuhur, sekaligus menjumpai teman om Fajar yang sudah lama
menunggu.
Namanya Om Lutfi. Teman om Fajar yang berasal
dari Federalis Batam. Sehari-hari ia bekerja di Singapura. Pulang balik dari
Batam. Jadi tidak heran kalau sangat mengenal liku-liku kota Singapura.
Sehabis
zuhur kita langsung berangkat. Dengan sepeda lipatnya Om Lutfi yang memimpin
rombongan. Jalurnya datar tapi banyak persimpangan. Kurang lebih 2 jam
perjalanan kami sampai di Masjid Sultan. Masjid tua nan bersejarah. Sehingga
ramai dikunjungi para wisatawan.
Disamping
Masjid Sultan terdapat rumah makan Padang. Di sana kami makan siang. Butuh
kesabaran, karena antriannya cukup panjang…hehe…
Dari
Masjid Sultan kami langsung menuju ikonnya Singapura. Apalagi kalau bukan si
singa muntah yang sangat terkenal. Merlion namanya. Entah mana yang benar, patung
ikan berkepala singa atau patung singa berbadan ikan dengan air yang muncrat
dari mulutnya. Saya tak tahu darimana asal muasal sejarahnya.
Terlihat
Pak Dedi tak henti-hentinya memotret dengan DSLR-nya. Sampai-sampai ganti
kostum segala. Seperti biasa, sebagai bahan di halaman Facebooknya. Hehe…
Sore
itu kawasan Merlion ramai pengunjungnya. Kebetulan ada juga wisatawan yang
datang dari Indonesia. Dari Sumatera Barat tepatnya. Karena kami berbahasa
minang, maka mereka langsung menyapa. “Dari ma…?” Setelah berkenalan ternyata
mereka rombongan keluarga dari Banuhampu Sungai Puar. Tidak lupa kami pun
berfoto bersama.
Setelah
puas berfoto di Merlion, perjalanan kami lanjutkan ke Universal Studio. Sebuah
wahana permainan yang terkenal di seluruh dunia. Kami tidak masuk, cuma sekedar
mengabadikan momen di depan bola dunia yang menjadi ikonnya.
Kami tak berlama-lama.
Universal Studio menjadi akhir perjalanan kami di Singapura, dan waktu perpisahan
kami dengan Ustad pun sudah tiba. Beliau begitu setia mendampingi perjalan kami
sejak dari Malaka. Dalam hati saya berdoa semoga lain waktu kami bisa berjumpa….
(bersambung)
Di depan Restoran Pak Azhar, Johar baru |
Di Tugu Km 0 Benua Asia |
Antrian di Imigrasi Malaysia Singapura |
Berjumpa "Urang Kampung" |
Masjid Sultan |
Terima Kasih Ustad atas kebersamaannya |
0 comments:
Posting Komentar